Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi
Guru sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid semestinya berusaha melayani kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk 32 orang muridnya, atau harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat belajarnya. Tidak pula harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang, ataupun memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Lalu bagaimana sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi itu?
Pembelajaran berdiferensiasi sebagai upaya pemenuhan terhadap kebutuhan murid, memiliki beberapa prinsip sebagai berikut:
- Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.
- Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.
- Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang" murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.
- Manajemen kelas yang efektif.
- Penilaian berkelanjutan.
Melalui prinsip di atas setidaknya dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru bisa menerapkan langkah sebagai berikut:
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran sebaiknya memuat 2 komponen utama, yaitu: kompetensi, yaitu kemampuan atau keterampilan yang perlu ditunjukkan/didemonstrasikan oleh peserta didik; dan lingkup materi, yaitu konten dan konsep utama yang perlu dipahami pada akhir satu unit pembelajaran.
Dengan demikian akan tergambar jelas bagaimana kompetensi akhir yang diharapkan dari peserta didik setelah mempelajari lingkup materi atau konten pembelajaran. Guru yang paham capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran, dapat menentukan bagaimana ia dapat membantu murid-murid untuk mencapainya.
Setelah tergambar kompetensi akhir yang diharapkan dari murid, guru juga harus menyusun bagaimana asesmen yang akan dilakukan. Tentunya asesmen disini menyesuaikan dengan kompetensi pada tujuan pembelajaran, apakah berisi pengetahuan atau keterampilan.
2. Mengetahui dan Merespon Kebutuhan Belajar Murid
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat melihat kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu:
- Kesiapan belajar murid (readiness)
- Minat murid
- Profil belajar murid
Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut. Setidaknya ada 6 perspektif diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47) dari kesiapan belajar murid yang bisa diamati guru, yaitu:
- Bersifat mendasar - Bersifat transformatif
- Konkret - Abstrak.
- Sederhana - Kompleks.
- Terstruktur - Terbuka (Open Ended)
- Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)
- Lambat - Cepat
Kesiapan belajar murid bukan tentang tingkat intelektualitas (IQ), tetapi lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan pengetahuan atau keterampilan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar ini adalah untuk memastikan bahwa semua siswa diberikan pengalaman belajar yang menantang secara tepat (Santangelo & Tomlinson (2009) dalam Joseph et.al (2013: 29)).
Minat
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Minat bisa situasional misalnya anak tertarik saat guru berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan:
- menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb);
- menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid;
- mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
- menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).
Profil Belajar Murid
Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara alami dan efisien. Sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.
Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
- Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
- Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
- Preferensi gaya belajar. Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:
- visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, diagram, power point, catatan, peta konsep, graphic organizer, dsb);
- auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);
- kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya sambil bergerak, melakukan kegiatan hands on, dsb). Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.
- Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): Teori tentang kecerdasan majemuk menjelaskan bahwa manusia sebenarnya memiliki delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai cara kita berinteraksi dengan dunia. Kecerdasan tersebut adalah visual-spasial, musical, bodilykinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logicmatematika.
Guru dapat mengetahui kebutuhan belajar murid dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa contoh cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengetahui kebutuhan belajar murid:
- mengamati perilaku murid-murid mereka;
- mencari tahu pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan dipelajari;
- melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut;
- mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali murid;
- mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas;
- bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid;
- membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya;
- berbicara dengan guru murid sebelumnya;
- membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini;
- menggunakan berbagai penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level yang sesuai;
- melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid;
- mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka;
- dll.
Setelah mengetahui kebutuhan belajar murid, selanjutnya guru dapat menentukan bagaimana ia merespon kebutuhan belajar tersebut dengan pembelajaran berdiferensiasi dengan beragam strategi yaitu:
- Diferensiasi konten
- Diferensiasi proses
- Diferensiasi produk
Diferensiasi Konten
Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum. Diferensiasi konten dilakukan dengan cara:
- membedakan pengorganisasian konten, atau
- membedakan format penyampaian konten
Hal yang harus diingat adalah guru perlu menyesuaikan cara bagaimana murid bisa mengakses konten tersebut sesuai dengan kebutuhan belajar mereka , namun bukan mengubah atau menurunkan standar kurikulum seperti yang tertulis dalam tujuan pembelajaran.
Diferensiasi konten dapat dilakukan dengan cara:
- Menyiapkan materi yang akan diajarkan dalam beragam format: buku, poster, video, audio, dsb.
- Memberikan teks yang lebih mudah untuk dibaca kepada siswa yang memang masih mengalami kesulitan memahami konsep.
- Memecah materi yang banyak menjadi bagian-bagian kecil sehingga lebih mudah dipahami oleh murid yang masih kesulitan.
- Membuat kosakata kunci dan definisinya.
- Memberikan teks bacaan dengan beragam topik.
Diferensiasi Proses
Proses adalah kegiatan yang memungkinkan murid berlatih dan memahami atau memaknai konten.
Diferensiasi proses berarti guru membedakan proses yang harus dijalani oleh murid, sesuai kebutuhan belajarnya. Diferensiasi proses memungkinkan murid-murid untuk memaknai lewat beragam cara atau moda, dalam berbagai tingkat kesulitan, waktu, dan tingkat dukungan yang berbeda.
Diferensiasi Proses dapat dilakukan dengan cara:
- Kegiatan berjenjang, di mana semua murid bekerja membangun pemahaman yang sama tetapi dilakukan dengan dukungan, tantangan dan kompleksitas yang berbeda. Misalnya, siswa sangat mampu dapat bekerja hanya dengan pertanyaan pemandu, murid yang cukup mampu dapat bekerja hanya dengan diberikan contoh dan dapat melanjutkan bekerja mandiri, sedangkan untuk murid yang masih kesulitan dapat dibantu secara intensif.
- Menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan melalui sudut-sudut minat, dengan demikian akan mendorong murid mengeksplorasi berbagai materi yang dipelajari.
- Membuat agenda individual untuk murid, misalnya guru membuat daftar tugas berisi pekerjaan umum untuk semua kelas serta daftar pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan individual murid. Jika murid telah selesai mengerjakan pekerjaan umum maka mereka dapat selesai melihat agenda individual dan pekerjaan yang dibuat khusus untuk mereka
- Memfasilitasi lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas. Dalam hal ini untuk memberikan dukungan bagi murid yang mengalami kesulitan atau sebaliknya mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih mendalam.
- Mengembangkan kegiatan yang bervariasi yang mengakomodasi gaya belajar visual, auditori dan kinestetik.
- Menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan dan minat murid.
- Membuat kelompok belajar tambahan untuk mengajarkan kembali konten dengan cara yang baru atau lebih terbimbing bagi murid yang mengalami kesulitan.
- Memberikan kesempatan kepada murid untuk memilih apakah ia ingin membaca materi secara individu atau secara kelompok.
- memberikan pilihan berdasarkan minat. Misal saat pelajaran sejarah murid diminta untuk menceritakan sosok pahlawan, murid bebas menentukan pahlawan yang ingin mereka eksplorasi.
- Memberikan pilihan murid mau bekerja sambil berdiri atau duduk.
- dll
Diferensiasi Produk
Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada guru. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya, yang mencerminkan pemahaman murid berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Diferensiasi produk dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan mempertimbangkan kebutuhan belajar murid.
Diferensiasi produk meliputi dua hal yaitu memberikan tantangan atau keragaman dan memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan, namun demikian guru harus menentukan standar untuk murid, di antaranya menentukan: kualitas pekerjaan apa yang diinginkan; konten apa yang harus ada pada produk; Bagaimana cara mengerjakannya; Sifat dari produk akhir apa yang diharapkan.
Diferensiasi Produk dapat dilakukan dengan:
- Murid yang memerlukan bimbingan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai konten inti materi, yang cukup mahir dapat membuat presentasi yang menjelaskan penyelesaian masalah sederhana, dan bagi peserta yang sangat mahir dapat membuat sebuah inovasi atau menelaah permasalahan yang lebih kompleks.
- Memberikan murid pilihan moda untuk menunjukkan pemahaman; lewat tulisan, lewat diagram, demonstrasi, lewat gambar, dsb
3. Lingkungan belajar yang “mengundang” untuk belajar
Pembelajaran berdiferensiasi harus dibangun dengan “learning community” atau komunitas belajar yaitu komunitas yang semua anggotanya adalah pembelajar. Guru akan mengembangkan murid-muridnya untuk mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang selalu mendukung lingkungan belajar. Komunitas belajar yang efektif mendukung pembelajaran berdiferensiasi adalah:
- Setiap orang dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan baik. Iklim ini bukan hanya dilihat dari sikap dan tindakan guru yang ramah dan menyabut murid tetapi juga sikap yang ditunjukkan antarmurid. Ruang kelas akan dipenuhi dengan hasil belajar murid atau berbagai hal di mama murid berperan di dalamnya.
- Setiap orang dalam kelas akan saling menghargai. Baik guru murid orang tua maupun kepala sekolah akan berbagi kebutuhan, perasaan diterima, dihormati, aman sukses dan sebagainya. Apapun perbedaan yang dimiliki mereka semua tentu memiliki perasaan dan emosi manusia yang sama oleh karena itu dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi guru akan membelajarkan murid muridnya untuk membedakan perasaan yang mereka miliki terhadap apa yang dilakukan oleh seseorang dan nilai dari orang tersebut. Guru membantu murid memecahkan secara konsruktif dan tidak akan pernah membuat perasaan siapapun menjadi kecil.
- Murid akan merasa aman. Aman tidak hanya secara fisik tetapi juga secara psikis. Murid-murid yang berada dalam kelas tahu persis mereka boleh bertanya jika membutuhkan bertanya, mengatakan tidak tahu jika tidak tahu. Mereka tahu bahwa dalam belajar mereka dapat mengambil risiko untuk mencoba berbagai ide-ide kreatif.
- Ada harapan bagi pertumbuhan. Tujuan pembelajaran berdiferensiasi untuk membantu setiap murid tumbuh semaksimal mungkin sesuai kemampuannya. Dengan demikian guru akan berusaha mengetahui perkembangan setiap muridnya dan perkembangan kelasnya secara keseluruhan. Murid juga akan belajar memaknai pertumbuhan mereka sendiri. Mereka akan berbicara tujuan pembelajaran dan cara pencapaiannya. Semua pertumbuhan yang ditunjukkan murid seberapa kecilnya akan layak dicatat dan diperhatikan oleh guru. Pertumbuhan setiap murid akan berbeda-beda bentuknya. Pertumbuhan tersebut adalah sebuah perayaan dan pertumbuhan tersebut tidak akan lebih daripada apapun.
- Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan. Guru mencari tahu di mana posisi murid dikaitkan dengan tujuan pembelajaran utama yang ingin dicapai dan kemudian memberikan pengalaman belajar yang akan mendorong murid sedikit lebih jauh dan lebih cepat daripada kemampuan mereka saat ini atau zona nyaman mereka. Guru akan merancang pembelajaran yang sedikit melampaui apa yang murid kuasai saat itu, pada saat itu murid akan keluar dari zona nyaman mereka dan merasakan sedikit tantangan. Saat murid mengalami tantangan tersebut guru akan memastikan bahwa dukungan akan diberikan pada murid tersebut, sehingga tantangan tersebut dapat dilampaui sehingga murid tidak akan menjadi frustasi. Bantuan atau dukungan inilah yang disebut “scaffolding”. Jadi pembelajaran yang dirancang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit sehingga setiap murid dapat merasakan kesuksesan.
- Ada keadilan dalam bentuk nyata. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, adil berarti berusaha memastikan semua murid mendapatkan apa yang dia butuhkan untuk tumbuh dan sukses. Murid dan guru adalah sebuah tim untuk berusaha untuk berusaha memastikan bahwa kelas berjalan dengan baik untuk semua orang di kelas tersebut.
- Guru dan berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama. Setiap orang harus mengambil tanggung jawab baik untuk kesejahteraan diri mereka sendiri maupun kesejahteraan orang lain. Untuk itu guru dan murid bekerja sama untuk kesuksesan bersama. Walaupun guru pemimpin kelas, namun murid juga secara sadar mengambil tanggung jawab untuk kesuksesan kelasnya. Mereka akan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, memecahkan semua permasalahan dengan cara yang konstruktif dan akan membantu mengembangkan rutinitas yang efektif.
Penilaian yang Berkelanjutan
Tomlinson & Moon (2013: 18) mengatakan bahwa penilaian adalah proses mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan membantu pengambilan keputusan guru. Ini mencakup berbagai informasi yang membantu guru untuk memahami murid mereka, memantau proses belajar mengajar, dan membangun komunitas kelas yang efektif.
Di dalam kelas, kita dapat memandang penilaian dalam 3 perspektif:
- Assessment for learning - Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (ongoing assessment)
- Assessment of learning - Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif
- Assessment as learning - Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif.
Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, penilaian formatif memegang peranan yang sangat penting. Mengapa? Berbeda dengan penilaian sumatif yang biasanya dilakukan setelah sebuah unit atau proses pembelajaran selesai -- sehingga biasanya hasilnya digunakan untuk membuat keputusan tentang sang anak, misalnya untuk memutuskan nilai rapor anak, kenaikan kelas, dsb -- maka penilaian formatif dilakukan saat proses pembelajaran masih berlangsung. Penilaian formatif ini bersifat memonitor proses pembelajaran, dan dilakukan secara berkelanjutan serta konsisten, sehingga akan membantu guru untuk memantau pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan murid yang berkembang terkait dengan topik atau materi yang sedang dipelajari. Hasil dari penilaian ini akan menjadi sumber yang sangat berharga untuk mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid, sehingga lewat proses ini, guru akan dapat mengetahui bagaimana ia dapat melanjutkan proses pengajaran yang ia lakukan dan memaksimalkan peluang bagi tercapainya pertumbuhan dan kesuksesan murid dalam materi atau topik tersebut.
Lalu seperti apa dan bagaimana melakukan penilaian formatif ini? Karena sifatnya memonitor pembelajaran, maka penilaian formatif ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi dan tidak hanya dapat dilakukan secara tertulis. Penilaian ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan setiap hari, misalnya lewat mengamati, menanya, merefleksi, berdiskusi (baik dengan teman sebaya maupun guru), dan sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa contoh strategi penilaian formatif, selain yang mungkin telah sering dilakukan guru dalam bentuk tes tertulis:
- Tiket Keluar. Guru memberikan pertanyaan yang diajukan kepada semua murid sebelum kelas berakhir. Murid menulis jawaban mereka pada kartu atau selembar kertas dan menyerahkannya saat mereka keluar kelas. Teknik penilaian formatif ini melibatkan semua murid dan memberikan bukti yang sangat penting tentang pembelajaran saat itu bagi guru.
- Tiket Masuk. Guru juga bisa memberikan sebuah pertanyaan kepada semua murid sebelum pelajaran dimulai. Jawaban murid dapat digunakan untuk menilai pemahaman awal murid terkait dengan materi yang akan didiskusikan atau sebagai ringkasan pemahaman murid terhadap materi hari sebelumnya.
- Berbagi 30 Detik. Dengan strategi ini, murid secara bergiliran berbagi apa yang telah ia pelajari dalam pelajaran selama 30 detik. Target yang Anda cari dalam kegiatan ini adalah bagaimana pemahaman murid dikaitkan dengan kriteria keberhasilan yang diharapkan. Dapat dijadikan sebagai rutinitas di akhir.
Demikian beberapa catatan yang perlu kita ingat dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Tidak mudah memang untuk berubah, tetapi mencoba adalah cara yang paling dekat dengan perubahan. Kita coba dari hal yang paling mudah dilakukan. Setelah melakukan hal yang sederhana akan muncul kepercayaan diri untuk mencoba strategi diferensiasi lainnya. Dan yang tak kalah pentingnya adalah membiasakan menggunakan strategi diferensiasi dalam setiap pembelajaran, sekecil apapun itu, agar kita semakin bisa berpihak pada murid.
Komentar
Posting Komentar